Quotes of The Day

Selalu ada kendala di dalam setiap usaha. Satu-satunya hal yang tidak memiliki kendala adalah tidak melakukan apa-apa.

Saturday, October 8, 2016

Makam Teungku Khalilullah (Teungku Diujung) Desa Latak Ayah, Kp. Aie, Simeulue

Assalamu'alaikum para pengunjung.. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya berziarah ke makam seorang ulama penyebar Islam di Pulau Simeulue pada tanggal 21 Maret 2016 yang lalu. Saya pergi bersama keluarga dan seorang sahabat yang bernama Arief Rahman Reza.

Sebelumnya saya rasa perlu membahas sedikit mengenai hukum dari ziarah makam itu sendiri. Ziarah kubur adalah suatu hal yang disyari'atkan, dari Buraidah ibnul Hushaib radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah”. (HR. Muslim no. 977. Lihat Bahjatun Nazhirin <1/583>)

Adapun hukum berziarah bagi wanita, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengatakan disunnahkan seperti pada laki-laki, ada juga yang mengatakan makruh, mubah, bahkan haram dan dosa besar (Lihat Asy Syarhul Mumti <5/380>).

Akan tetapi pendapat yang paling kuat (wallahu'alam) adalah yang mengatakan bahwa wanita juga diperbolehkan menziarahi kubur asal tidak sering-sering. untuk lebih jelasnya silahkan dicek disini: https://muslim.or.id/7803-adab-islami-ziarah-kubur.html

Baiklah, setelah para pembaca paham mengenai hukum dari ziarah kubur itu sendiri, saya ingin kembali lanjut menceritakan pengalaman saya berziarah ke makam seorang ulama penyebar Islam di Pulau Simeulue, Teungku Khalilullah, atau yang sering disapa Teungku Diujung.

Tapi.. Sebelum saya menceritakan lebih lanjut pengalaman saya, ada baiknya para pembaca saya kenalkan dulu dengan sosok ulama pembawa perubahan di Pulau tempat saya dibesarkan ini..

Teungku Di Ujung yang bernama lahir Khalilullah adalah seorang ulama besar dari Minangkabau yang menyebarkan Islam di Pulau Simeulue, Kesultanan Aceh pada abad ke-14 atau 15, dan berhasil mengislamkan hampir seluruh masyarakat pulau itu.

Belum diketahui secara pasti pada tahun berapa Teungku di Ujung hidup.  Pada masa Iskandar Muda memerintah kerajaan Aceh Darussalam, Teungku di Ujung dari Minangkabau hendak berlayar menunaikan ibadah haji.

Pada saat itu Iskandar Muda meminta kepada Teungku di Ujung untuk singgah di Simeulue dan memberikan syiar Islam di pulau tersebut.

Pulau Simeulue adalah sebuah pulau yang berjarak sekitar 150 km dari pantai barat Aceh. Teungku Di Ujung mempunyai istri bernama Si Melur, yang merupakan asal usul dari nama pulau Simeulue menurut cerita turun temurun dari masyarakat setempat.

Teungku Di Ujung merupakan ulama Minangkabau yang berasal dari Ulakan, Pariaman, dan merupakan murid dari ulama besar Syeikh Burhanuddin Ulakan. Ia wafat dan dimakamkan di Gampong Latak Ayah, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue.

Asal mula ia digelar Teungku Diujung adalah karena ia dimakamkan di ujung Pulau Simeulue, yakni di Teluk Simeulue, Kuta Padang, Kecamatan Simeulue Tengah.

Berikut kami sajikan beberapa foto yang sempat kami ambil ketika berziarah ke makam Teungku Khalilullah.


Foto jalan menuju gerbang Makam Teungku Diujung


Foto Kompleks makam Teungku Diujung dan istrinya, Putri Melur.


Foto makam Teungku Diujung

Jika dilihat, batu nisan dari makam Teungku Diujung berbentuk sangat unik, yaitu seperti peci/kopiah yang sering digunakan masyarakat (khususnya di Indonesia) untuk shalat. Berdasarkan cerita dari Almarhum kakek saya ketika saya pertama kali dibawa berziarah ke makam Teungku Khalilullah ini, dulu sekali batu nisan yang menyerupai peci tersebut berukuran sangat tinggi. Tapi seiring waktu, batu nisan tersebut terus masuk ke dalam hingga akhirnya berukuran seperti peci pada umumnya. Bahkan kakek saya menceritakan bahwa dulu makam tersebut tidak ada, tapi tiba-tiba muncul di tepian pantai di ujung Pulau Simeulue. Wallahu'alam, tapi saya pribadi lebih yakin terhadap sesuatu yang bersifat fakta dan dapat dijelaskan secara ilmiah.

Foto pohon kelapa dalam area kompleks Makam Teungku Diujung

Mengapa kami menampilkan gambar pohon kelapa ini? Jawabannya adalah karena Almarhum kakek saya juga pernah bercerita bahwa banyak orang yang mengatakan bahwa pohon kelapa ini jika dilihat dari bawah, buahnya sedikit. Tapi jika dipanjat, maka jumlah buahnya akan berubah menjadi sebanyak orang yang menunggu di bawah ditambah yang memanjatnya. Wallahu'alam, ini hanya cerita, saya pribadi belum pernah membuktikan, bahkan merasa lucu dengan cerita yang beredar.


Foto makam Putri Melur, Istri Teungku Khalilullah yang dimakamkan tepat di samping makam Teungku Khalilullah

Menurut cerita turun menurun, masyarakat Simeulue mengatakan bahwa asal nama pulau Simeulue diambil dari nama istri Teungku Khalilullah, Si Melur.


Foto di sekitar makam menunjukkan makam yang berada di ujung Pulau Simeulue, yaitu di Teluk Simeulue


Foto batok kelapa dengan sampah seperti sisa pembakaran kemenyan di dalam pondok makam Teungku Diujung

Ini yang membuat kami sangat kecewa, di makam Teungku Khalilullah sering terlihat aktifitas yang mengandung kesyirikan dan menambah kebodohan di masyarakat. Beberapa kali kami menemukan ada orang yang menyediakan jasa pengobatan di dalam pondok makam dengan menjadikan Teungku Diujung sebagai perantara, tidak sedikit orang yang tertarik dan mencoba menjalankan pengobatan alternatif yang sangat menyesatkan ini, para pengobat ini biasanya menggunakan perantara-perantara seperti yang sering digunakan oleh dukun kampung di Simeulue, mulai dari dedaunan, bunga-bungaan, berbagai macam beras, serta beberapa media lainnya, bahkan kali ini kami menemukan sampah kemenyan yang diletakkan di dalam pondok makam. Na'udzubillah.

Mungkin hanya sekian untuk kali ini, tunggu postingan saya berikutnya, in syaa Allah..


Sumber:



    Choose :
  • OR
  • To comment
2 comments:
Write comments
  1. Percaya yg gaib juga.. jgn ilmiah aja..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami percaya yang ghaib selama ada dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang mendukungnya. Adapun cerita yang beredar di masyarakat kebanyakan memang dikarang-karang, dilebih-lebihkan, bahkan tak jarang mengandung kesyirikan. Wallahua'lam.

      Delete