اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid [57] : 20)
Dunia hanyalah tempat singgah sementara, dan kita semua meyakininya. Kita semua menyadari bahwa kehidupan dunia yang kita lalui sekarang ini akan segera berakhir tanpa kita ketahui kapan waktunya. Semua orang sadar bahwa ia akan didatangi oleh kematian, sang pemutus kelezatan dunia. Semua yang kita usahakan untuk dunia kita selama hidup, semuanya sirna, hilang sudah segala hal berbau dunia yang telah lelah-lelah kita upayakan.
يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ ٠ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ ٠ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ ٠
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku". (QS. Al-Haqqah [69] : 27-29)
Begitulah kiranya kalimat penyesalan yang diucapkan oleh orang-orang yang menerima catatan amalan dari sebelah kiri. Namun tidaklah berguna penyesalan itu di saat hari penghakiman yang dijanjikan telah tiba. Di hari itu, semua manusia akan sadar bahwa apa yang mereka upayakan untuk dunia mereka sama sekali tidak dapat menolong mereka dari adzab Allah, yang dapat menolong mereka hanyalah bekal dari amal saleh yang selama di dunia mereka kerjakan. Sungguh kematian itu adalah hal yang pasti, namun banyak orang yang lupa dan lalai daripadanya.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran [3] : 185)
Begitulah kematian adalah hal yang pasti. Sehingga sebenarnya sangat aneh jika kita lebih mengedepankan kehidupan dunia yang sementara ini dibanding kehidupan akhirat yang kekal abadi. Lihatlah betapa banyak manusia yang berlomba-lomba dalam membangun dunia mereka, namun lalai dari mempersiapkan bekal untuk kehidupan mereka di hari esok yang sesungguhnya.
Sesungguhnya apakah yang kita kejar dari dunia ini? Apakah jabatan? Popularitas? IP yang tinggi? Atau pekerjaan yang bagus? Sungguh itu semua hanyalah bagian dari dunia yang hampir semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya, bahkan tidak jarang pula ada yang menjadikan semua itu sebagai tujuan utama dari kehidupan mereka. Tidakkah manusia itu sadar bahwa apa yang mereka usahakan itu kelak akan mereka tinggalkan semuanya? Harta yang kita kumpulkan kelak akan menjadi milik ahli waris kita, jabatan pun tidaklah selamanya ada di tangan kita, begitupun popularitas, IP yang tinggi, juga pekerjaan yang bagus, semuanya akan kita tinggalkan, menyusul kehidupan abadi yang dimulai dari masuknya kita ke dalam sepetak tanah sendirian, tanpa ditemani harta, jabatan, apalagi keluarga dan teman.
Sungguh tidak layak bagi manusia merasa cemas akan dunianya. Karena sesungguhnya setiap kecemasan kita akan dunia tidaklah membawa hasil dan perubahan apa-apa. Kita cukup berusaha untuk dunia ini sesuai dengan kemampuan kita, kemudian hasilnya kita serahkan kepada Allah.
Sesungguhnya bila seseorang telah mempelajari agama ini dengan benar, sungguh dunia ini tidaklah akan menjadi beban lagi dalam pikirannya. Karena jika kita telah mempelajari agama, kita pasti menyadari bahwa ada hal yang lebih besar yang mestinya lebih pantas untuk kita cemaskan, yaitu kehidupan akhirat yang lebih kekal abadi. Sungguh orang yang bijak tidak akan menjadikan dunia ini sebagai tujuan, tapi hanya sebagai wasilah (perantara) yang akan menentukan bagaimana nasib kehidupannya di akhirat kelak.
Maka dari itu solusi sebenarnya dari seluruh permasalahan kehidupan kita adalah kembali kepada Allah, pelajari agama dengan benar dan hanya menjadikan akhirat sebagai tujuan utama dalam kehidupan.
Bila saja kita percaya akan hal ini, tentulah tidak akan ada hal dari dunia ini yang mampu membuat diri kita gundah, kecuali hal tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi akhirat kita. Seorang mukmin tidak akan merasakan sedih yang berlebihan dalam menghadapi setiap musibah yang telah Allah gariskan untuknya. Kalau saja setiap kita mempelajari Al-Qur'an dan berusaha memahaminya dengan sungguh-sungguh, maka tidakkah kita pernah mendengar bahwa Rabb kita telah berfirman dengan firman-Nya yang sangat indah dan menyejukkan hati-hati yang tengah dirundung duka?
Allah ﷻ berfirman:
Sangat banyak sebenarnya dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits nabi yang dapat menjadikan kita pribadi yang kuat dan tidak lemah karena dunia. Saya coba tampilkan beberapa yang saya ketahui agar dapat menjadi manfaat untuk kita semua, khususnya diri saya pribadi. Ada satu hadits yang sangat berpengaruh di dalam benak saya, yaitu sebuah hadits dari Zaid bin Tsabit radhiallahu'anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.
Lafazh hadits ini milik Ibnu Mâjah rahimahullah . Dishahihkan juga oleh Syaikh al-‘Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 950).
Demi Allah! Hadits ini benar dan sebagai seorang yang mengaku beriman kita tentu wajib meyakini setiap ayat Al-Qur'an dan juga setiap hadits-hadits shahih dari nabi.
Semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat dan menjadi pahala jariyah bagi saya dan antum semua yang menyebarkannya. Karena Nabi ﷺ bersabda :
Wallahua'lam
Referensi:
http://yufid.com/
https://tafsirq.com
https://muslim.or.id/25678-harus-seimbang-antara-mencari-dunia-dan-akhirat.html
https://almanhaj.or.id/4260-jadikanlah-akhirat-sebagai-niatmu.html
https://muslim.or.id/27176-keutamaan-menunjukkan-kebaikan-kepada-orang-lain.html
https://kbbi.web.id/
https://pbs.twimg.com/media/CLIMgImUwAQnsi3.jpg
Sungguh tidak layak bagi manusia merasa cemas akan dunianya. Karena sesungguhnya setiap kecemasan kita akan dunia tidaklah membawa hasil dan perubahan apa-apa. Kita cukup berusaha untuk dunia ini sesuai dengan kemampuan kita, kemudian hasilnya kita serahkan kepada Allah.
Sesungguhnya bila seseorang telah mempelajari agama ini dengan benar, sungguh dunia ini tidaklah akan menjadi beban lagi dalam pikirannya. Karena jika kita telah mempelajari agama, kita pasti menyadari bahwa ada hal yang lebih besar yang mestinya lebih pantas untuk kita cemaskan, yaitu kehidupan akhirat yang lebih kekal abadi. Sungguh orang yang bijak tidak akan menjadikan dunia ini sebagai tujuan, tapi hanya sebagai wasilah (perantara) yang akan menentukan bagaimana nasib kehidupannya di akhirat kelak.
Maka dari itu solusi sebenarnya dari seluruh permasalahan kehidupan kita adalah kembali kepada Allah, pelajari agama dengan benar dan hanya menjadikan akhirat sebagai tujuan utama dalam kehidupan.
Bila saja kita percaya akan hal ini, tentulah tidak akan ada hal dari dunia ini yang mampu membuat diri kita gundah, kecuali hal tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi akhirat kita. Seorang mukmin tidak akan merasakan sedih yang berlebihan dalam menghadapi setiap musibah yang telah Allah gariskan untuknya. Kalau saja setiap kita mempelajari Al-Qur'an dan berusaha memahaminya dengan sungguh-sungguh, maka tidakkah kita pernah mendengar bahwa Rabb kita telah berfirman dengan firman-Nya yang sangat indah dan menyejukkan hati-hati yang tengah dirundung duka?
Allah ﷻ berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ٠ لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS. Al-Hadid [57] : 22-23)
Sebagai seorang yang beriman, seharusnya kita tidak berlebihan dalam menghadapi permasalahan dunia yang kita hadapi. Kita boleh berusaha untuk dunia kita, namun jangan sampai kita condong kepadanya dan menjadikannya sebagai tolok ukur kebahagiaan yang hakiki. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu hanya dapat kita raih saat kita telah menjadikan akhirat sebagai orientasi hidup yang utama.
Sungguh, kita diciptakan di dunia ini bukanlah untuk mengejar dunia dan isinya. Akan tetapi tujuan kita hidup di dunia ini adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)Tidak salah jika kita berusaha untuk dunia kita, karena hal tersebut justru adalah hal yang baik, yang salah adalah ketika usaha dalam meraih kehidupan dunia itu melalaikan kita dari mengejar kehidupan akhirat. Seseorang yang benar keimanannya tentu akan senantiasa mengerjakan hal-hal yang dapat mendekatkan dirinya dengan Allah ﷻ dengan tidak melupakan bagiannya dari dunianya. Allah ﷻ berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qasas [28] : 77)Maka dari itu kita harus menjadikan akhirat sebagai tujuan utama, bukan justru dunia. Tapi tidak boleh juga jika kita meninggalkan dunia ini sepenuhnya dengan alasan hanya ingin mengejar akhirat. Karena sesungguhnya para nabi juga bekerja untuk dunia mereka, bahkan kita tentu sering mendengar atau bahkan membaca sebuah do'a yang kita kenal dengan sebutan "Do'a Sapu Jagat" :
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka“. (QS. Al-Baqarah [2] : 201)
Sangat banyak sebenarnya dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits nabi yang dapat menjadikan kita pribadi yang kuat dan tidak lemah karena dunia. Saya coba tampilkan beberapa yang saya ketahui agar dapat menjadi manfaat untuk kita semua, khususnya diri saya pribadi. Ada satu hadits yang sangat berpengaruh di dalam benak saya, yaitu sebuah hadits dari Zaid bin Tsabit radhiallahu'anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.
Lafazh hadits ini milik Ibnu Mâjah rahimahullah . Dishahihkan juga oleh Syaikh al-‘Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 950).
Semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat dan menjadi pahala jariyah bagi saya dan antum semua yang menyebarkannya. Karena Nabi ﷺ bersabda :
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya." (HR. Muslim)Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
Ia menunjukkan dengan perkataan, lisan, isyarat dan tulisan." (Lihat: Syarah Bulughul Maram, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syastry hafizhahullah)
Wallahua'lam
Referensi:
http://yufid.com/
https://tafsirq.com
https://muslim.or.id/25678-harus-seimbang-antara-mencari-dunia-dan-akhirat.html
https://almanhaj.or.id/4260-jadikanlah-akhirat-sebagai-niatmu.html
https://muslim.or.id/27176-keutamaan-menunjukkan-kebaikan-kepada-orang-lain.html
https://kbbi.web.id/
https://pbs.twimg.com/media/CLIMgImUwAQnsi3.jpg